Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
“Ketahuilah sesungguhnya kemarahan adalah bara yg marak menyala di dalam hati anak adam”
(Hadith riwayat Ahmad & Tarmizi)
Sifat marah adalah berasal dari api dan api itu adalah syaitan. Sifat marah merupakan salah satu sifat mazmumah yang patut kita elakkan daripada menempat di hati kerana ia mendatangkan keburukan yang mana marah akan menyumbang kepada masalah jiwa dan berbuat dosa.
Orang yang marah juga tidak disukai oleh para malaikat tetapi disukai oleh syaitan, sepertimana kisah antara Abu Bakar dan Rasulullah SAW;
Suatu Hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Shiddiq. Ketika sedang bercengkrama, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencelanya. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini Rasulullah tersenyum.
Kemudian orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar. Namun dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.
Semakin marahlah orang Arab Badui ini. Untuk ketiga kalinya ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, sebagai manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, Abu Bakar sebagai tuan rumah tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai ke halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, tolong jelaskan kesalahanku."
Rasulullah menjawab: "Sewaktu ada seorang Arab Badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat disekelilingmu yang akan membelamu dihadapan Allah. Begitupun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum kembali. Namun ketika yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya lalu membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Karena Iblis hadir disisimu. Oleh karena itu aku tak ingin berdekatan dengannya dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”
Jelaslah bahawa amarah itu sifat yang dibenci di sisi Allah, kekasihnya Rasulullah SAW dan para Malaikat. Apatah lagi marah bukanlah suatu simbol kekuatan seseorang.
"Orang yang kuat itu bukan terletak pada kemampuan berkelahi, tetapi orang yang kuat itu adalah yang dapat mengendalikan diri mereka ketika sedang marah."
(Hadis Riwayat Imam Ahmad)
Islam telah mengajar kita sebagai individu Muslim untuk menahan marah seperti berikut:
1. Melatih diri untuk bersifat baik dan positif seperti lemah lembut, baik hati, sabar dan tenang dalam menghadapi apa-apa situasi.
Daripada Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud,
"Sesungguhnya Allah menyukai sifat lemah-lembut dalam setiap perkara."
(Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
2. Kuatkan jiwa ketika mana hendak marah, kemudian ingat tentang akibat buruk marah dan mengingati kelebihan orang yang menahan marah serta memaafkan kesalahan orang lain.
Firman Allah SWT yang bermaksud,
"orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,"
(Al-Imran:134)
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Sesiapa yang menahan marah sedangkan dia mampu melepaskan marahnya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di depan sekalian makhluk sehingga Allah memberinya pilihan untuk dia memilih mana-mana bidadari."
(Hadis Riwayat Abu Daud & At-Tirmizi)
"Tidak ada seseorang hamba menahan marah kerna Allah Ta'ala melainkan Allah akan memenuhinya dengan keamanan dan keimanan."
(Hadis Riwayat Abu Daud)
3. Meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala daripada syaitan yang direjam.
2 orang lelaki bermaki-makian di depan Nabi, salah seorang daripada mereka memaki seorang lagi dengan keadaan merah padam mukanya kerana kemarahan. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah, kalaulah kalimah tersebut diucapkan oleh orang yang marah itu nescaya akan hilang kemarahannya iaitu aku berlindung dengan Allah Ta'ala daripada syaitan yang direjam."
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
4. Orang yang marah hendaklah mengubah kedudukannya dari berdiri kepada duduk kerana apabila kedudukan seseorang yang marah itu berdiri maka memudahkan dia untuk mengambil tindakan atas amarahnya.
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Apabila seseorang kamu marah dalam keadaan berdiri hendaklah dia duduk, jika masih tidak hilang kemarahannya hendaklah dia berbaring secara mengiring."
(Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Daud)
5. Tidak berkata-kata.
Nabi SAW bersabda, maksudnya:
"Apabila seseorang kamu marah hendaklah dia diam"
Nabi SAW mengucapkannya 3 kali.
(HAdis Riwayat Ahmad, Tarmizi & Abu Daud)
6. Berwudhuk.
Nabi SAW bersabda, maksudnya:
"Sesungguhnya kemarahan adalah daripada syaitan dan syaitan dicipta daripada api, apabila salah seorang dari kamu marah maka hendaklah dia berwudhuk."
(Hadis Riwayat Ahmad & Abu Daud)
Konklusinya, cubalah untuk menahan marah dan senyum-senyumlah selalu~ (^_^)v
Nota: Ya Allah, susahnya nak menahan marah yang hadir dalam diri..
Nota 1: Peringatan buat diri yang masih lemah melawan sifat amarah dan masih mencuba untuk sentiasa tersenyum~